MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Bupati Rejang Lebong, Drs. H. Syamsul Effendi, MM, bersama ribuan warga Muhammadiyah dan Ortom menunaikan Sholat Id, 1 Syawal 1445 H di Lapangan Setia Negara Curup pukul 07.40 WIB, Rabu, (10/4).

Sholat Id diimami Ustadz Muhammad Rabsanjani, S.Ag dan Ikhsan Nulhakim, MA sebagai khotib. Karena lokasi Sholat Id adalah Lapangan Setia Negara, maka, para jemaah membawa perlengkapan sholat seperti tikar, karpet, kertas koran dan sajadah yang dibentang diatas paving block yang lembab.

Sebelum Sholat Id dilaksanakan, Bupati lebih dulu menyapaikan pesan. ‘’Pagi ini, kita secara bersama untuk mengumandangkan takbir sebagai pertanda kemenangan dalam memerangi hawa nafsu setelah menunaikan ibadah puasa selama Bulan Ramadhan,’’ kata bupati.

Untuk itu, lanjut bupati, atas nama pribadi dan pemerintah daerah, bupati mengucapkan selama H 1 Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H.

‘’Dengan selesainya ibadah puasa Ramadhan tahun ini, semoga Allah menjadikan kita semua menjadi orang baru lagi suci. Saya berharap agar kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam Bulan Ramadhan untuk kita lakukan dikehidupan sekarang dan mendatang,’’ ujar bupati.

Bupati juga mengajak seluruh jemaah Sholat Id untuk tidak melupakan nilai-nilai yang telah diajarkan Bulan Ramadhan.’’Momentum ini harus kita jadikan lebih bermakna, dalam upaya meningkatkan kwalitas keislamanan dan keimanan agar kemenangan yang kita raih dapat lebih sempurna. Serta menjadi manusia yang dicintai Allah. Mari kita jadikan 1 Syawal 1445 H ini sebagai titik awal dalam membantu pemerintah daerah dalam mewujudkan masyarakat Rejang Lebong religius, berkarakter, cerdas, sehat berbudaya dan sejahtera. Serta maju bersama sehingga tercipta Rejang Lebong bercahaya,’’ tutur bupati.

Sementara Ikhsan Nulhakim yang juga Ketua PD Muhammadiyah Curup II, menyampaikan khutbah Id berjudul: ‘’Mencegah Keburukan Menyelamatkan Masyarakat’’.

Ikhsan Nulhakim mengungkapkan, hari ini, Rabu, (10/4) merupakan 1 Syawal 1445 H merupakan hari kemenangan dalam perang besar melawan hawa nafsu.

‘’Mulai malam tadi hingga pagi ini, kita mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid dan dilanjutkan dengan Sholat Id berjemaah ini merupakan rasa syulur dan bentuk proklamasi kemenangan atas puasa yang kita jalani. Inilah cara merayakan kemenangan tanpa selebrasi party. Tapi rukuk dan sujud kepada penguasa bumi,’’ terang Ikhsan Nulhakim.

Dikatakan, perayaan Idul Fitri telah mengajarkan jika kita mendapatkan kesuksesan dan keberhasilan seperti kemenangan dalam Pemilu, maka yang pertama harus kita ingat adalag Allah. ‘’Suhingga kita tidak menjadi takabur dan sombong atas kemenangan yang diraih,’’ tukas Ikhasan Nulhakim.

Sebagai mukmin dalam memahami arti kemenangan tutur Ikhsan perlu kembali ke prinsif Islam. Sebab, tidak sedikit yang salah kaprah memaknainya. ‘’Orang yang menang bukan orang yang berhasil mengumpulkan uan banyak,bukan yang banyak meraih suara dalam Pemilu, atau berhasil menduduki jabatan tinggi. Sebab, orang yang banyak duit masih sering resah dan gelisah. Karena pusing memikirkan hartanya.’’Jabatan tinggi bisa kehilangan kedudukan dan kehormatannya,’’ jelas Ikhsan.

Ikhsan juga mengingatkan, banyak umat yang masih melakukan perbuatan mudahanah. Yakni meninggalkan agama dan tidak membela agama. ‘’Berapa banyak umat Islam yang meninggalkan agama demi mengejar ambisi duniawi. Misalnya, wanita yang melepas jilbab untuk bias masuk perguruan tinggi terkemuka, menghidangkan minuman keras demi pertemanan. Menyediakan wanita penghibur untuk menyenangkan pejabat. Membuka warung kuliner di Bulan Ramadhan. Menggelar acara dangduta dengan biduan berpakaian seksi. Melakukan perbuatan syirik agar dikatakan sebagai orang yang memiliki kearifan local. Atau ikut hadir menonton majelis berbau maksiat dan member uang suap. Inilah beberapa realita kehidupan yang sebagain sudah menjadi budaya. Mari sama-sama kita tinggalkan perbuatan dosa dan budaya yang salah dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Yakni mencegah keburukan demi keselamatan dan kebaikan diri dan masyarakat,’’ demikian Ikhsan Nulhakim, mengakhiri. (rhy)

Editor : Rahman Jasin