MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Staf Ahli Mentan-RI, Dr.Ir.Suwandi dan Tenaga Ahli Mentan, Dr.Ir. Pamuji Lestari pantau pembangunan instalasi irigasi pompa di hamparan sawah petani Dusun II Desa Lubuk Ubar, Curup Selatan pukul 15.00 WIB, Rabu, (4/9).
Saat mengunjungi irigasi pompa yang dikelola Kelompok Tani Sahabat Tani itu, staf ahli Mentan, Dr.Ir.Suwandi dan tenaga ahli Mentan, Dr. Ir.Pamuji Lestari didampingi Direktur Pembenihan Hartikultura Kementan RI, Dr. Inti Pertiwi Naswari.
Serta staf ahli bupati, Ir.Zulkarnain, MT dan Kadis Pertanian, Ir.Amrul Eby, MSi. Plus tenaga penyuluh dari BPP Lubuk Ubar.
Instalasi irigasi pompa yang dipantau Staf Ahli Mentan itu bendung Sungai Air Merah, rumah mesin dan bak penampung air yang masih dalam proses pengerjaan. Instalasi ini dibangun dengan dana Rp.112.800.000 dari bantuan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan-RI dengan masa kerja 13 Juni – 31 Desember 2024.
Selain itu, Staf Ahli Mentan juga memberikan bantuan berupa 3 pasang burung hantu untuk membantu petani membasmi hama tikus. Burung itu diserahkan dan diterima Staf Ahli Bupati, Ir.Zulkarnain, MT lalu diserahkan kepada Endek Mulyana selaku Ketua Kelompok Tani Sahabat Tani. Serta memberikan praktik pembuatan pestisida alami yang berbahan baku dari urine kambing.
‘’Instalasi irigasi pompa ini diharapkan dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi panen. Dari sebelumnya produksi 1 hektare 4 ton bisa naik menjadi 6-8 ton gabah kering panen. Karena selama ini para petani di Desa Lubuk Ubar ini kesulitan mendapatkan air untuk petakan sawahnya. Dengan adanya instalasi irigasi pompa ini, maka, kesulitan petani sudah bisa ditanggulangi. Untuk itu, instansi ini harus dijaga dan dirawat bersama sehingga mampu memberikan manfaat dalam waktu lama. Burung Hantu yang kita berikan ini juga perlu dijaga dan jangan sampai diburu dan dibunuh. Biarkan burung itu bisa berkembang biak. Karena burung ini dapat membantu petani dalam membasmi hama tikus,’’ ungkap Inti Pertiwi Naswari.
Sementara staf ahli Mentan, Dr.Ir.Suwandi memaparkan pola pengembangan populasi tikus dan pola pencegahan dan pemberantasannya.
‘’Dalam 21 hari 1 induk tikus melahirkan 10 ekor. Dalam 25 hari, anak tikus itu sudah kawin dan bunting. Dalam 21 hari anak-anak tikus yang bunting itu melahirkan 10 ekor anak. Jadi, dalam tempo 1 tahun, tikus itu sudah berkembang menjadi 1000 ekor. Dampaknya, dalam 1 malam serangan tikus-tikus itu mampu merusak 100 hektare padi sawah,’’ jelas Suwandi.
Dikatakan, sebelum tikus tikus itu berkembang dan menjadi hama perusak, petani perlu menjaga keseimbangan mata rantai makan memakan di alam. Serta melakukan upaya pencegahan efektif.
‘’Ada 3 kunci sukses petani sawah dalam mengendalikan hama tikus. Olah lahan sambil mengecek lubang aktif tikus di pematang. Penyemaian benih yang sehat dan proses tanam hingga panen. Jika diproses penyemaian sudah ada hama wereng maka jangan ditanam di petakan sawah,’’ ujar Suwandi.
Kemudian lanjut Suwandi, cegah dan kendalikan populasi tikus. Caranya dengan mencari lubang aktif tikus. Lalu, lubangnya diisi dengan lumpur sampai penuh. Maka, anak tikus di dalam lubang akan mati. Begitu juga dengan indukannya. Atau bisa juga lubang diguyur dengan air pompa.
‘’Kalau diasapi dengan belerang yang dibakar dengan gas elpiji dari tabung melon maka, biayanya cukup tinggi juga. Yang tanpa biaya adalah mengisi lubang tikus dengan lumpur atau air yang disemprot dari pompa. Ini lebih murah dan efektif. Termasuk dengan memanfaatkan burung hantu. Tiap malam 1 ekor burung hantu akan makan 3 ekor tikus. Walaupun burung itu sudah kenyang tapi akan tetap membunuh 20 ekor tikus setiap malam,’’ terang Suwandi.
Burung hantu tutur Suwandi, tidak bisa membuat sarang. Untuk itu, perlu dibuatkan sarang atau sangkarnya. Sarangnya harus diletakan di tengah sawah dengan tiang setinggi 6 meter. Sehingga burung hantu dapat memantau pergerakan tikus sawah dari ketinggian.
Selain itu, Suwandi juga mempraktikan pembuatan pestisida alami dari urine kambing. 1 tank semprot berisi 15 liter air diberi 3 mangkok urine. Lalu semprotkan langsung ke tanaman. Maka hama akan menyingkir.
Sedangkan tenaga ahli Mentan, Dr.Ir. Pamuji Lestari menjelaskan, dampak perubahan iklim El Nino, dunia terancam kelaparan.
‘’Untuk itu, Pak Mentan, membuat program perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru seluas 3 juta hektare. Termasuk membantu pengadaan sarana dan prasarana pendukung. Seperti pembangunan irigasi pompa dan membantu burung hantu sebagai pemangsa hama tikus. Melalui program Negara Hadir Untuk Rakyat kita tidak perlu impor beras lagi. Tapi, mampu berswasembada beras. Untuk memantau pelaksananaan program ini maka seluruh pejabat di Kementan diturunkan langsung ke lapangan,’’ ujar Pamuji. (rahman)
Editor : Rahman Jasin