MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Pergelaran seni warisan budaya tak benda (WBTB) Rejang Lebong berlangsung ‘’meriah’’ di gedung pola Pemkab, pukul 14.00 WIB, Jum’at, (15/12).
Pergelaran spektakuler itu dibuka Bupati Rejang Lebong, Drs.H.Syamsul Effendi, MM. Pentas ini menampilkan 3 tari tradisi. Yakni, Tari Senjang dan Tari Layang-Layang Mandi yang ditampilkan Sanggar Keromong 12 Desa Tanjung Sanai, PUT. Serta, Tari Manem, Nyambei dan gitar tunggal dari Sanggar Bumei Pat Petulai Curup.
Pergelaran seni tradisi ini dihadiri Kepala Bappeda Khirdes Lapendo Pasju, Ketua TP.PKK, Hj.Hartini Syamsul Effendi, S.Sos, M.Si, para kepala sekolah SD dan SMP. Serta budayawan dan penggiat seni di Rejang Lebong. Termasuk Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu – Lampung, Nurmatias.
‘’Penduduk Rejang Lebong terdiri dari berbagai etnik dengan latar belakang budaya beragam. Keberagaman inilah yang membuat budaya di Rejang Lebong semakin berwarna. Sehingga warisan budaya bukan benda seperti sastra lisan rejung atau nyambei, tari dan musik tradisi ini perlu dilestarikan. Sehingga, keberadaannya tetap terjaga lestari,’’ kata bupati.
Untuk itu lanjut bupati, pergelaran seni yang diprakarsai Dinas Dikbud ini dapat dijadikan agenda tahunan yang dilaksanakan secara rutin. Sehingga, warisan budaya tak benda yang tak berujud ini dapat terus tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat.
‘’Yang tak kalah penting lagi, seluruh warisan budaya bukan benda berupa sastra lisan, tari dan musik tradisi ini perlu didaftarkan di kementerian kebudayaan sebagai perlindungan. Sehingga warisan berharga itu tidak diklaim daerah lain,’’ ujar bupati.
Sementara Kadis Dikbud, Rezza Pahlevie, SH menjelaskan, pergelaran seni WBTB ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian kesenian lokal. Mulai dari sastra lisan berupa seni nyambei, tari dan musik tradisi.
‘’Melalui pergelaran ini kita bisa menghimpun kembali beragam kesenian daerah. Salah satu upaya pelestariannya adalah, kita memasukkan aneka kesenian ini dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah SD-SMP. Sehingga, nilai-nilai warisan ini dapat dipelajar anak-anak usia SD,’’ katanya.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII Bengkulu – Lampung, Nurmatias menilai Rejang Lebong memiliki banyak warisan budaya tak benda.
‘’Di Rejang Lebong ini ada manuskrip. Artinya, di dalam manuskrip itu ada ilmu pengobatan, sosial , kuliner dan hukum adat simbur cahyo. Termasuk sastra lisan, tari dan musik trades. Bahkan ada yang sudah diakui Unesco,’’ ujar Nurmatias.
Dikatakan, warisan budaya tak benda itu diantaranya berupa, manuskrip, adat, seni, bahasa, olahraga tradisional, teknologi tradisional dan situs budaya.
‘’Bengkulu memiliki 9 etnik. Yakni, etnik rejang, pekal, mukomuko, kaur, serawai, semendo, besemah, melayu Bengkulu dan enggano. Dari 9 etnik tercatat 1941 warisan budaya tak benda. Tapi baru 20 yang terdaftar di Kemendikbud. Khusus Rejang Lebong ada Tari Kejei, Umeak Jang, Ka Ga Nga, Tepung Setawar, dan rejung dan simbur cahyo. Warisan budaya ini merupakan identitas masyarakat rejang,’’ tukas Nurmatias.
Warisan budaya tak benda lainnya lanjut Nurmatias perlu didaftarkan di Kemendikbud agar tidak ‘’dicaplok’’ daerah lain. Misalnya, songket, kebaya dan kelintang sudah diakui sebagai budaya Malaysia.
Secara umum, pentas tari senjang dan tari layang-layang mandi yang ditampilkan Sanggar Keromong 12 Desa Tanjung Sanai, PUT cukup unik dan menaik. Tari senjang didukung 6 gadis berpakaian serba merah bukan hanya bergerak mengikuti irama keromong. Namun, secara bergantian gadis penari itu menyampaikan pantun. Ketika berpantun, musik pengiring berhenti. Sedangkan tari layang-layang mandi para penarinya membawa piring di tangan.Tapi, gerakannya berbeda dengan tari piring minang kabau. Namun, gerak tarinya sama-sama dinamis.
Sedangkan Sanggar Bumei Pat Petulai Curup menampilkan tari manem yang berkisah tentang proses membuat anyam-anyaman.Tari ini digarap Yanne Maryolin dan Mei Try Sumantri sebagai koreografer. Sastra lisan nyambei dilantunkan Yurike Deliya Putri. Gitar tunggal dengan lagu ‘’Cito Coa Sapei’’ dimainkan Asrap Wahyu Hidayat. (rhy)
Editor : Rahman Jasin