MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Selama 2 hari, 10-12 Desember 2024, tim Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Rejang Lebong melakukan kunjungan wisata ke Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Di kota wisata itu, tim YJI bukan sekedar mengunjungi objek wisata unggulan Bukit Tinggi berupa jam gadang dan Ngarai Sianok.

Tapi tim YJI yang dipimpin Asisten III Setdakab, Drs. Sumardi, MSi selaku ketua harian YJI lebih dulu berfoto ria di taman dan santap siang di taman Ngarai Sianok yang banyak monyet. Untuk menjaga keamanan pengunjung dari gangguan ‘’pasukan hanoman’’ itu beberapa petugas disiagakan sambil memegang tongkat kayu sebagai alat pengusir monyet.

Usai santap siang, tim YJI langsung bergerak masuk ke dalam lubang pertahanan tentara Dai Nippon yang cukup dalam dan panjang. Udara di dalam lubang terasa dingin dan lembab. Karena ada 4 pintu sebagai ventilasi udara, maka, kadar oksigen di dalam lubang tetap stabil.

‘’Lubang Japang ini dibangun selama 2,8 tahun. Pembangunannya dimulai tahun 1942. Para pekerjanya merupakan tenaga kerja paksa atau romusha yang berasal dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi,’’ jelas Hendri Jon selaku pemandu wisata yang mendampingi tim YJI masuk ke dalam ‘’Lubang Japang’’.

Dari mulut lubang berukuran 4 X 3 meter, tim YJI harus menuruni 132 anak tangga hingga mencapai dasar lubang sedalam 40 meter. Panjang lubang utama mencapai 400 meter.

’’Total panjang lubang mencapai 1.470 meter. Lubang ini memiliki 4 pintu. 2 pintu masuk dan 2 pintu darurat yang dapat digunakan para tentara Japang untuk melarikan diri. Di dalam lubang itu terdapat 21 ruang yang posisinya sama dengan lubang utama. Ke-21 ruang dalam lubang memiliki fungsi yang berbeda. Mulai dari berfungsi sebagai gudang amunisi dan senjata. Ruang tahanan, ruang rapat perwira, dapur hingga lorong pelarian, lorong pengintai dan lorong penyergapan.

‘’Sebenarnya, ruang dapur ini hanya kamuflase saja. Karena, ruang dapur ini bukan untuk memasak. Tapi, digunakan untuk membuang mayat pekerja yang dibunuh. Para pekerja dibunuh tujuannya untuk menjaga kerahasiaan keberadaan lubang japang sebagai markas pertahanan tentara jepang. Setelah rombongan pekerja dibunuh, maka, jepang kembali mendatangkan tenaga kerja baru. Juga dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Jadi, pembangunan lubang itu tidak melibatkan masyarakat Bukit Tinggi. Tapi, warga Bukit Tinggi banyak yang dijadikan pekerja paksa yang dikirim ke Riau,’’ sambung Hendro Jon.

Diakui Hendri Jon, kisah lubang japang ini dihimpun dari mantan tentara jepang yang bertugas di lubang pertahanan itu. Sehingga, kisah lubang japang ini dipastikan konkret. Karena disampaikan saksi hidup.

‘’Sebenarnya, total panjang lubang japang ini mencapai 5,9 KM. Tapi, yang dibuka sebagai lokasi wisata ini hanya 400 meter. Lubang japang ini dipugar Pemerintah Daerah Bukit Tinggi dan tahun 1986 resmi dibuka sebagai objek wisata sejarah.’’ ujar Hendri Jon.

Namun, ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab hingga kini. Soalnya, saksi mata tidak mau menjelaskannya. Seperti lubang sedalam dan sepanjang itu hanya dibangun dalam tempo 2,8 tahun. Lalu, berapa banyak pekerja yang diturunkan dan kemudian dibunuh?. Kemudian limbah tanah galian yang mungkin mencapai jutaan kubik itu dibuang kemana? Karena disekitar lubang tidak ditemukan gundukan tanah galian.

‘’Pembangunan lubang pertahanan ini sangat rahasia. Soalnya, masyarakat Bukit Tinggi yang tinggal disekitar lubang tidak ada yang tahu,’’ demikian cerita Hendri Jon yang sudah bekerja sebagai pemandu wisata sejak Lubang Japang resmi dibuka sebagai objek wisata tahun 1986.

Tim YJI yang masuk melalui pintu dengan 132 anak tangga di lokasi Ngarai Sianok keluar melalui pintu utama yang berada di pinggir jalan lintas. Untuk kembali ke lokasi taman Ngarai Sianok, tim YJI harus mendaki 132 anak tangga. Sebelum masuk lokasi awal, tim YJI melewati sederet kios yang menjual beragam cinderamata. Mulai dari baju kaos berlogo jam gadang, serta aneka kerajinan border atau sulaman. Mulai dari mukena, baju koko, tas bordir, dan alas meja. Termasuk sandal kulit made in Bukit Tinggi.

‘’Pengelolaan objek wisata di Bukit Tinggi ini sangat bagus. Sehingga, pengunjung bisa menikmati objek wisatanya sekalian dapat informasi terkait objek wisata yang dikunjungi. Misalnya, informasi tentang riwayat lubang pertahanan tentara jepang ini,’’ demikian Sumardi.

Dari Ngarai Sianok, rombongan YJI langsung bergerak menuju Danau Singkarak terus melanjutkan perjalanan pulang ke Curup. (rahman)

Editor : Rahman Jasin